Selasa, 02 Desember 2014
Dogdog Lojor | Kebudayaan
Posted by Agun Buhori on Selasa, Desember 02, 2014 in Kebudayaan | Comments : 0
Kesenian
dogdog lojor terdapat di masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan atau kesatuan
adat Banten Kidul yang tersebar di sekitar Gunung Halimun (berbatasan dengan
Sukabumi, Bogor, dan Lebak). Meski kesenian ini dinamakan dogdog lojor, yaitu
nama salah satu instrumen di dalamnya, tetapi di sana juga digunakan angklung
karena kaitannya dengan acara ritual padi. Setahun sekali, setelah panen
seluruh masyarakat mengadakan acara Serah Taun atau Seren Taun di pusat kampung
adat. Pusat kampung adat sebagai tempat kediaman kokolot (sesepuh) tempatnya
selalu berpindah-pindah sesuai petunjuk gaib.
Tradisi penghormatan padi pada masyarakat ini masih dilaksanakan
karena mereka termasuk masyarakat yang masih memegang teguh adat lama. Secara
tradisi mereka mengaku sebagai keturunan para pejabat dan prajurit keraton
Pajajaran dalam baresan Pangawinan (prajurit bertombak). Masyarakat Kasepuhan
ini telah menganut agama Islam dan agak terbuka akan pengaruh modernisasi,
serta hal-hal hiburan kesenangan duniawi bisa dinikmatinya.
Sikap ini berpengaruh pula dalam dalam hal fungsi kesenian yang
sejak sekitar tahun 1970-an, dogdog lojor telah mengalami perkembangan, yaitu digunakan
untuk memeriahkan khitanan anak, perkawinan, dan acara kemeriahan lainnya.
Instrumen yang digunakan dalam kesenian dogdog lojor adalah 2 buah dogdog lojor
dan 4 buah angklung besar. Keempat buah angklung ini mempunyai nama, yang
terbesar dinamakan gonggong, kemudian panembal, kingking, dan inclok. Tiap
instrumen dimainkan oleh seorang, sehingga semuanya berjumlah enam orang.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Posting Komentar